BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Teologi merupakan hubungan yang
sangat erat hubungannya dengan pemikiran yang ilahi dan menyingkapkan berbagai
hal yang mungkin sangat diperlihatkan oleh setiap manusia. Oleh karena itu
dalam hal memahami arti teologi harus memiliki pemahaman yang benar-benar
membuat orang mempelajari teologi itu bukanlah main-main. Dengan mempelajari dan meneliti iman Kristen dari
aspek doktrinnya secara sistematis dan logis, akan bermanfaat bagi para
mahasiswa teologia maupun kaum awam yang ingin mempelajari teologia.
Teologi sistematika membahas tentang
Allah. Disini penulis membahas “manfaat belajar teologi” . Disini penulis
membahas penting belajar, sumber-sumber, sifat, serta syarat untuk belajar
teologi.
B. Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan adalah untuk melaksanakan
kewajiban sebagai seorang mahasiswa, mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing.
Dengan adanya makalah ini, pembaca dapat menambah wawasan tentang teologi.
BAB II
MANFAAT
BELAJAR TEOLOGI
A. Definisi
Teologi
Istilah teologi tidak mudah didefinisikan, sekalipun jelas
bahwaistilah teologi berasal dari dua kata Yunani yakni: Theos (Allah) Dan
logos (kata, penelitian, ilmu), namun ini telah dipakai secara luas.
Secara etimologi theologi berarti ajaran
tentang Allah. sdangkan secara luas yaitu keseluruhan ajaran kristen untuk
memahami istilah teologis dalam lingkingan iman kristen, maka makna secara
etimologi tidak cukup.
Definisi teologi menurut
Chafer sebagai mengoleksi, menyusun secara ilmiah, membandingkan,
mendemonstrasikan dan mempertahankan semua fakta dari sumber manapun yang
berkaitan dangan Allah dan ajarannya. [1]
B. Pentingnya
Belajar Teologi
1.
Sebagai
penjelasan tentang kekristenan
Teologi sitematika penting sebagai studi
penelitian dan penjelasan, demikian pula pengorganisasian scara sistematis dari
dokrtin-doktrin yang merupakan dasar dan penting bagi kekristenan.
2.
Sebagai
apologetik
Teologi sistematika memampukan orang kristen
untuk mempertahankan kepercayaan mereka secara rasional terhadap lawan-lawan
iman mereka.
3.
Sebagai
alat untuk kepercayaan orang kristen
Teologi sistematika adalah esensi dari
kebenaran orang kristen: ini berarti bahwa teologi sistematika adalah kebenaran-kebenaran yang esensial bagi
kedeasaan orang percaya.[2]
C. Syarat-syarat
Belajar Theologi
1. Inspirasi kitab suci, apabila doktrin ini
ditinggalkan, maka hal itu akan menjadikan penalaran sebagai sumber
otoritas dari penalaran akan duduk
sebagai hakim atas teks kitab suci.
2. Pendekatan ilmiah, teologi harus ilmiah,
dalam arti menerapkan seni secara umum, budaya dan bahasa Alkitab dalam menarik
konklusi teologis.
3. Objektivitas, teologi harus berdasarkan pada
riset induktif dan konkluksi-konkluksi, bukan berdasarkan penalaran secara
deduktif.
4. Iluminasi, orang percaya dibantu oleh
pelayanan Roh Kudus, yaitu iluminasi untuk membimbing orang percaya pada suatu
pegertian akan kebenaran ilahi (1 Kor 2:11-13).
5. Pengakuan akan keterbatasan manusia, pada
wakt menerapkan metode, para murid harus menyadari keterbatasannya. Manusia
tidak akan pernah bisa memahami Allah secara total, ia harus puas dengan
pengetahuan yang terbatas.[3]
D. Sumber-sumber
Teologi
1.
Kitab
suci merupakan sumber utama bagi teologi yang mewahyukan tentang Allah dan
relasi manusi dengan Dia. apabila Allah telah mewahyukan diri-Nya. Kitab suci
adalah sumber utama dari pengetahuan manusia akan Allah. Disamping itu alam
semesta juga menjadi sumber utama
pengetahuan akan Allah (Maz 19). Alam yang diwahyukan secara harmonis,
adalah saksi yang terus menerus tentang sifat-sifat Allah, kuasa-Nya, dan natur
ilahinya (Rm 1:20).
2.
Pengakuan-pengakuan
doktrinal, misalnya Kredo Nicea, adalah penting bagaimana orang kristen yang
lain telah mengerti konsep teologi.
Tradisi, meskipun
bisa salah namun penting untuk dapat memahami afirmasi tentang iman kristen.
Penalaran
dibimbing oleh Roh Kudus, adalah juga suatu sumber teologi. Namun penalaran
tetap harus takluk pada supranatural, daripada berusaha untuk menjelaskannya.[4]
E. Sifat
Teologi
1.
Bersifat
adikodrat, kebenaran teologi bukanlah kebenaran yang dapat dibuktikan secara
empiris dan masuk akal, tetapi kebenaran yang dapat diterima oleh iman karena
wahyu Allah.
2.
Bersifat
ilmiah, nampak dalam cara para teolog dalam mengadakan penelitian secara metode
dicarilah kebenaran yang mana yang diwahyukan dan apa maksud dari wahyu
tersebut.
3.
Teologi
berbeda dengan objek formalnya. Sebagai ilmu iman, teologi mempelajari wahyu
Allah. Objek material adalah apa yang diwahyukan Allah.[5]
F. Manfaat
Belajar Teologi
Supaya kita dapat mengetahui:
1. Keberadaan Allah
Bukti
Alkitab, manusia sudah mempunyai
kesadaran di dalam dirinya tentang keberadaan Allah (meskipun hanya
samar-samar), tetapi menolak kesaksian ini. Tugas orang Kristen adalah
menghadapkan orang bukan Kristen dengan Allah, bukan untuk
mempertimbangkan perkiraan bahwa mungkin Allah ada. Orang berdosa hanya dapat
memperoleh pengetahuan sesungguhnya tentang Allah melalui dilahirkan kembali
oleh Roh Kudus pada waktu mereka mendengar Injil, Rom 1:18-32.
2. Pengenalan Akan Allah
a. Kemungkinan pengenalan akan Allah
1. Pengertian bahwa Allah tidak dapat dimengerti tapi
dapat dikenali.
a. Allah tidak dapat dimengerti/dipahami secara
mutlak Ayub 11:7 Yes 40:18 Ulangan 29:29
b. Tapi dapat dikenali secara pribadi Yoh
14:7 Yoh 17:3 1Yo 5:20
2. Penyataan Allah sendiri sebagai syarat mutlak untuk
pengenalan akan Allah
b. Penyataan Allah: Perbuatan Allah yang
menyatakan/menunjukkan kebenaran- kebenaranNya kepada manusia.
c. Penyataan dan agama-agama lain
d. Penyataan sebagai sumber untuk mengenal Allah.[6]
3. Aribut Allah
a. Ketidakberubahan Allah Allah tidak berubah dalam hakekat/jati diri-Nya,
kesempurnaanNya, tujuanNya, dan janji-janji-Nya; namun demikian Allah memang
bertindak dan merasakan emosi, Ia bertindak dan merasakan secara berbeda dalam
meresponi situasi-situasi yang berbeda.
1. Allah tidak berubah sesuai dengan yang dinyatakan
dalam Alkitab. Maz 102:25-27; Mal 3:6; Yak 1:17
2. Apakah Allah kadang-kadang berubah pikiran? Kel
32:9-14; Yes 38:1-6; Yun 3:4, 10; Kej 6:6; 1Sam 15:10.
3. Proses Theologi Kalau Allah tidak berubah, maka tidak
ada satupun tindakan manusia yang mempengaruhi/berarti untuk Tuhan. Oleh karena
itu Allah harus berubah, supaya hidup/tindakan manusia berarti.
4. Pentingnya doktrin Ketidakberubahan Allah. Allah tidak
mungkin berubah untuk lebih baik atau lebih buruk, Kalau Allah berubah maka
berarti janji-janji Allah juga tidak mungkin bisa dipercayan.
b. Kekekalan Allah Allah tidak mempunyai awal atau akhir; atau
urutan-urutan momen dalam hakekat-Nya. dan Ia melihat semua waktu secara jelas
dan "sederajad"; Allah melihat semua peristiwa dalam waktu dan
bertindak dalam waktu. Doktrin ini mengajarkan bahwa Allah tidak
terbatas/dibatasi oleh waktu. Allah tidak berubah dengan/oleh waktu. (Maz 90:2,
4; Ayu 36:26; Wah 1:8; 4:8; Yoh 8:58; Kel 3:14). Bagi Allah peristiwa masa
lampau atau yang akan datang dan juga sekarang adalah sama jelasnya bagi Allah.
c. Kemahahadiran Allah Allah tidak mempunyai dimensi bentuk atau tempat
dan Ia, ada/hadir pada setiap tempat dengan seluruh hakekatNya; namun demikian
Allah bertindak secara berbeda di tempat yang berbeda. Allah hadir dimana-
mana: Ula 10:14; Yer 23:23-24; Maz 139:7-10 Allah ada
dimana-mana 1Ra 8:27; Yes 66:1-2; Kis 7:48.
d. Kesatuan Allah Allah tidak terbagi-bagi dalam bagian-bagian;
namun demikian kita melihat atribut-atribut Allah berbeda ditekankan pada
saat-saat yang berbeda.[7]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam makalah ini penulis membahas “Manfaat Belajar Teologi”. Teologi
yang berbicara tentang Allah dan manfaat belajar teologi adalah manfaat bagi pembaca
belajar tentang Allah. Banyak cara manusia belajar tentang Allah yaitu dengan
berbagai hal seperti sumber-sumber belajar teologi itu juga sangat bagus dan
bermanfaat.
B. Saran
Dalam membuat makalah ini
penulis banyak kekurangan yang harus di perbaharui dalam membuat makalah ini.
Dan penulis juga tidak luput dari kesalahan serta penuis sendiri mengharapkan
saran dari setiap pembaca untuk memperbaiki makalah ini, supaya penulis dapat
membuat makalah lebih baik lagi untuk kedepannya.